Dosa Ghibah dan Bahayanya


Artikel ini membahas tentang Dosa Ghibah dan Bahayanya, yang mungkin diluar sana banyak orang belum memahami atau memang belum mengetahui hukumnya, dikarenakan berbagai faktor pendidikan mereka.
Oleh karena itu disini kami ingin berbagi pengetahuan tentang ghibah serta dosa dan resikonya, yang kami kutip dari situs bersama dakwah.
Pembaca setia SD IT Nurul Jannah yang kami banggakan, Banyak orang menganggap ghibah sebagai dosa kecil, sehingga perilaku seperti ini mereka remehkan. Hari demi hari mereka pun tetap asyik melakukan hal ini tanpa merasa telah melakukan kesalahan besar.
Menurut beberapa pendapat Ghibah ini bisa beragam bentuk dan jenisnya. Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menjelaskan, ghibah bisa berupa perkataan tentang fisik.
Misalnya, kepalanya botak, mata buta sebelah, gembrot, kurus kering, dan sebagainya.
Contoh ghibah pada zaman sekarang,
“Iya, Mbak. Dia itu makannya banyak. Sampai makanan teman juga disikat.”
Kedua, menyangkut pakaian atau penampilan.
Ketiga, menyangkut sifat atau perbuatan. Contoh, “Memang dia itu pemalas. Saya pernah ke rumahnya, jam 10 baru mandi.”
Keempat, menyangkut soal ibadah.
Bentuk Ghibah bisa berupa perkataan, tulisan maupun isyarat. Imam Ghazali mencontohkan, isyarat mata yang di maksudkan untuk mencela juga termasuk ghibah.
Contoh lain, seseorang yang kakinya pincang. Lalu orang lain mengisyaratkan dia dengan menirukan cara jalan tersebut dengan maksud menghinanya.
Dosa Ghibah dan Bahayanya
Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah menjelaskan tentang ghibah dengan sabda beliau:
Ada sahabat yang bertanya, “bagaimana jika apa yang dikatakan itu memang fakta?” Beliau lantas menjawab:
Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan, arti ghibah adalah engkau menyebut-nyebut orang lain yang tidak berada bersamamu dengan suatu perkataan yang ia tidak suka jika mendengarnya.
Berikut ini adalah Dosa Ghibah serta bahayanya yang bisa kamu baca.
1. Dosa Besar
Ghibah termasuk dosa besar. Karenanya Imam Adz Dzahabi memasukkannya dalam kitab Al Kabair.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan larangannya dalam Surat Al Hujurat ayat 12.
2. Perusak Ukhuwah
Allah memfirmankan bahwa orang-orang beriman itu bersaudara. Bahkan persaudaraannya sangat kuat hingga Allah menyebut ikhwah dalam Surat Al Hujurat ayat 10.
Setelah itu, pada ayat 11 dan 12, Allah menjelaskan tentang hal-hal yang bisa merusak ukhuwah. Salah satunya adalah ghibah.
3. Ibarat Makan Bangkai
Dalam Al Hujurat ayat 12 tersebut, Allah mengibaratkan ghibah dengan makan bangkai saudara sendiri.
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ..dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.. (QS. Al Hujurat: 12)
Setiap orang pasti tidak suka makan bangkai. Kata fakarihtumuuh (فكرهتموه) menggunakan fi’il madhi (kata kerja lampau), menunjukkan bahwa perasaan jijik itu adalah sesuatu yang pasti semua orang merasakannya.
“Yakni sebagaimana kamu tidak menyukai hal itu secara naluri, maka bencilah perbuatan tersebut demi perintah syara’” tulis Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini. “Karena sesungguhnya hukuman yang sebenarnya jauh lebih keras dari apa yang digambarkan.”
4. Mencederai Kehormatan Muslim
Dosa menggunjing tergolong besar karena ia mencederai kehormatan seorang muslim yang sebenarnya haram baginya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Maksudnya, haram bagi seorang muslim menumpahkan darah sesama muslim. Haram pula mengambil harta muslim yang lain tanpa hak. Dan juga haram mencederai kehormatannya.
Ibnu Taimiyah menjelaskan, semakin besar iman seseorang yang ia cederai kehormatannya, semakin besar pula dosanya. Demikian pula semakin besar iman seseorang yang ia gunjing, semakin besar pula dosanya.
5. Allah Buka Aibnya
Seseorang yang hobi ghibah dan mencari-cari aib seorang muslim, Allah akan membuka aibnya meskipun ia menyembunyikan aib itu rapat-rapat.
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الإِيمَانُ قَلْبَهُ لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِى بَيْتِه6. Keimanannya Jauh dari Sempurna
Orang yang suka menggunjing, keimanannya jauh dari sempurna. Bahkan Rasulullah menggunakan istilah iman belum masuk di hati untuk orang yang suka menggunjing sebagaimana hadits tersebut.
Cara Bertaubat dari Ghibah

Ghibah adalah dosa yang menyangkut hak manusia. Karenanya untuk bertaubat, ia harus bertaubat kepada Allah dan meminta maaf kepada orang tersebut.
Sebagaimana Imam Nawawi menjelaskan dalam Riyadhus Shalihin ketika membahas taubat:
- Menyesali perbuatan ghibahnya
- Memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
- Berjanji tidak akan mengulangi
- Meminta maaf kepada orang yang telah ia gunjing
Terkait poin 4 ini, Ibnu Qudamah menjelaskan, jika ghibah belum didengar oleh orang yang digunjing, permohonan maaf cukup dengan memohonkan ampunan bagi orang tersebut. Agar ia tidak mendengar apa-apa yang belum diketahuinya. Sehingga hatinya bisa menjadi lebih lapang.
Reference:
https://bersamadakwah.net/ghibah/